PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEJAK USIA DINI DI PAUD

Pembentukan Karakter Anak Sejak Usia Dini di PAUD

Oleh:
Drs. Johari Efendi, M.Pd (Widyaiswara Madya LPMP Aceh)
email: johari.efendi@yahoo.co.id

Abstrak

Pembentukan karakter harus bersifat multilevel dan multi-channel karena tidak mungkin hanya  dilaksanakan oleh lembaga PAUD, tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat. Pembentukan  karakter  perlu  keteladanan, perilaku  nyata  dalam  setting  kehidupan otentik dan tidak bisa dibangun secara instan. Usia  dini  merupakan masa  persiapan  untuk  sekolah  yang  sesungguhnya,  maka  pembentukan karakter  yang  baik  di  usia  dini  merupakan  hal  yang  sangat penting untuk dilakukan. Pembentukan karakter sejak usia dini sangat penting agar anak memiliki mental yang tangguh saat menghadapi tangan, perubahan dan situasi tertentu di masa akan datang. Keberhasilan  pengembangan  karakter  dalam  pendidikan  anak  usia dini dapat  diketahui dari  perilaku sehari-hari yang tampak  pada setiap  aktivitas berikut: 1) kesabaran, 2) kesadaran, 3) kejujuran, 4) keikhlasan, 5) kesederhanaan, 6) kemandirian, 7) kepedulian, 8) kebebasan dalam bertindak, 9) kecermatan/ ketelitian, 10) komitmen, 11) mematuhi peraturan, dan 12) menghargai hak dan kewajiban.

Kata Kunci: Pembentukan, Karakter, PAUD

PENDAHULUAN

Karakter bangsa merupakan aspek penting dari sumber daya manusia (SDM), karena kualitas  karakter  bangsa  menentukan  kemajuan  suatu  bangsa.  Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Kelompok anak usia dini merupakan kelompok yang sangat strategis dan efektif dalam pembinaan dan pembentukan karak­ter, hal ini harus menjadi kesadaran kolektif dari seluruh elemen bangsa ini.

Beberapa negara maju layaknya Jepang sudah menerapkan pendidikan karakter sejak lama. Bagi mereka mengajarkan anak-anak membaca, menulis dan menghitung sangat mudah, karena otak mereka yang masih bisa berkembang dengan baik. Namun karakter merupakan pelajaran yang harus diaplikasikan dari sejak dini.

Pembentukan karakter anak harus dimulai sejak usia dini. Tujuan pembentukan karakter sejak usia dini adalah untuk membentuk kepribadian anak yang baik sehingga kelak ketika sudah dewasa menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia yang dapat memberikan manfaat kepada sesama manusia dan lingkungannya.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan ahlak mulia. Amanat  Undang-Undang ini bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai luhur karakter bangsa.

Program pendidikan anak usia dini sampai saat ini masih banyak menyisakan persoalan. Pertama, masih banyaknya kelompok anak usia dini yang belum dapat mengakses pendidikan (sampai akhir 2019, APK PAUD baru tercapai sebesar 68% dari target sasaran 77,2%). Kedua, kurangnya pemahaman para guru akan hakikat tujuan pendidikan nasional untuk membangun peserta didik menjadi manusia holistik yang berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataannya pendidikan kita sekarang ini lebih menekankan pada pembentukan kecerdasan intelektual dari pada pembentukan kecerdasan sosial emosional maupun kecerdasan sepritual (pembentukan karakter). Hal ini dibuktikan dengan Ujian Nasional (UN) sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.

Penyebab terjadinya proses pendidikan seperti ini tidak terlepas dari tuntutan orang tua, yang menginginkan anaknya cepat pinter, cepat dapat membaca menulis dan menghitung (calistung), sehingga kelak anaknya dapat masuk kesekolah dasar favorit (SD unggul). Mereka tidak mau memahami kondisi anak-anaknya, yang penting anaknya dapat masuk sekolah unggul, sehingga akan menjadi kebanggaan orang tua. Memaksakan anak usia dini belajar calistung akan beresiko timbulnya stres jangka pendek dan rusaknya perkembangan jiwa anak dalam jangka panjang (Elkind, 2000:12). Praktek seperti ini jelas akan menghambat proses pembentukan karakter anak.

Ketiga, kurangnya pemahaman pendidik PAUD dalam pembentukan karakter sejak usia dini baik dalam metode mapun dalam pendekatan berlajar melalui bermain, menyebabkan tidak terbentuknya karakter anak sejak dini. Pembelajaran di PAUD lebih mengutamakan mengembangkan kecerdasan kognitif dari pada kecerdasan afektif atau pembentukan karakter.

Keempat, kurang sinergisnya antara pendidikan di lembaga PAUD, di rumah oleh orang tua/keluarga dan dimasyarakat. Ketiga unsur utama pendidikan ini (lembaga PAUD, orang tua dan masyarakat) harus saling mendukung untuk peningkatan pembentukan karak­ter anak usia dini. Ketidak sinergisan pembentukan karakter anak menjadi parsial, dan tidak holistik, sehingga muncul gejala anak usia dini yang bersikap dan berperilaku kurang baik seperti menjadi penakut, pemarah, destruktif, pemalu, defresi, suka berbohong dan sebagainya. Diperlukan sebuah pendekatan dalam pembentukan karakter anak usia dini, yang dapat menjadi panduan bagi pendidik PAUD, orang tua, dan pengasuh dalam membentuk karakter anak sejak usia dini.

PEMBAHASAN

Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

Pembentukan karakter pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman dari hubungan yang dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Allah. Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan suatu pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negative akan berimbas pada perlakuan yang negative dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif.

Selain itu pembentukan karakter anak juga dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan bermanifestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan awal yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan baik dikeluarga, sekolah maupan lingkungan yang lebih luas.

Faktor nurture yaitu proses sosialisasi atau pendidikan yang dilakukan oleh keluarga (orang tua), PAUD (guru), lingkungan (masyarakat) yang lebih luas meme­gang peranan penting dalam pembentukan karakter seseorang. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berka­rakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang lebih optimal.

Pembentukan karakter anak harus menggunakan metode yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sesuai dengan sarana-sarana ilmiah dan metode yang mudah dilaksanakan oleh para orang tua maupun, pendidik dari berbagai strata sosial. Kesiapan orang tua maupun pendidik dalam pembentukan karakter anak dapat dilihat dari cara mereka memperlakukan dan memperhatikan anak-anaknya. Bila mereka memperhatikan dan memperlakukan anak-anaknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang maka salah satu cara pembentukan karakter anak telah terlaksana.

Pembelajaran di PAUD

Pembelajaran adalah sesuatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berda­sarkan rencana yang terorganisir secara sistematis yang men­cakup tujuan pembelajaran, materi pembe­lajaran dan kegiatan pem­belajaran yang mencakup metode dan media pembelajaran, evaluasi pembe­lajaran, dan umpan balik pembelajaran. Suatu rencana pembelajaran dan pelaksa­naannya perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan (a) belajar bagaimana belajar, (b) belajar bagaimana ber­pikir, (c) belajar bagaimana mela­kukan, dan (d) belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama.

Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu menekankan pada empat aspek tersebut di atas. Hal tersebut menjadi faktor yang kritis dalam perkembangan anak yang bersangkutan. Oleh karena itu, pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan pada lembaga pendidikan anak usia dini yang dilakukan dalam bentuk berbagai kegiatan bermain perlu menekankan pada empat aspek ter­sebut di atas ditambah dengan aspek-aspek lain, seperti moral, perilaku baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, maupun sebagai hamba Allah sesuasi dengan nilai-nilai keagamaan. Selain itu pendidik juga harus memperhatikan metode serta strategi dalam melaksanakan pengajaran.

Ada beberapa strategi dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran kepada anak. Di antara strategi tersebut adalah: (1) Perhatian Intens (2) Beri Dorongan (3) Berikan Umpan Balik Khusus (4) Berikan Model Atau Contoh, (5) Mendemontrasikan, (6) Menciptakan dan menambahkan tantangan, (7) Memberikan cara atau bantuan lainnya, serta (8) Memberikan informasi secara langsung.

Stimulasi Pembentukan Karakter Bagi Anak Usia Dini

Karakter adalah watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya. Individu yang berkarakter baik merupakan orang yang selalu berusaha untuk melakukan berbagai hal yang terbaik terhadap Allah Sang Pencipta, dirinya sendiri, lingkungannya, orang lain, bangsa dan negaranya. Karakter yang baik berarti individu yang mengetahui tentang potensi dirinya dan memiliki nilai-nilai hubungan dengan Allah Sang pencipta, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungannya. Pembentukan nilai-nilai karakter pada diri individu, yang meliputi: ilmu pengetahuan, kesadaran, kemauan dan tindakan untuk dapat melaksanakan nilai-nilai harus ditanamkan dari sejak usia dini.

Stimulasi pembentukan karakter sejak usia dini dapat diberikan melalui pendidikan di lembaga pendidikan seperti; di PAUD dan melalui pola asuh orang tua di rumah serta dilingkungan masyarakat. Pemberian stimulasi pada anak usia dini harus diperhatikan oleh para pendidik maupun orang tua yang merupakan pemberi stimulasi, dan memberikan pengembangan enam aspek perkembangan yang ada pada anak usia dini. Salah satu aspek adalah aspek moral dan nilai-nilai agama. Aspek moral mencakup pada aspek lehidupan keagamaan, nilai, dan karakter anak. Karakter yang perlu ditanamkan sejak usia dini merupakan karakter yang mampu mengakar sampai jiwa anak. Melalui penyampaian dengan cara-cara yang benar dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, akan memungkingkan terwujudnya pembiasaan sebagai perilaku terhadap karakter yang akan ditanamkan. Penyampaian dengan cara yang menyenangkan dan menantang untuk dipelajari bagi anak, baik pemberian pengetahuan maupun pada penanaman tingkah laku anak. Pendidik PAUD perlu menyusun formula pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan dan referensi bagi guru dalam menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini. Formula yang berlabel “model pembelajaran” ini mengimplementasikan meto­de bermain sebagai upaya menanamkan sikap/karakter bagi anak usia dini. Adapun model pembelajaran dan pendekatan yang harus dilakukan guru adalah dengan memberikan contoh dan keteladanan serta mengembangkan sikap karakter sebagai berikut:

  1. Nilai hubungannya dengan Allah sang Pencipta

Dalam hal ini yaitu nilai religius, merupakan tindakan seorang individu yang selalu diupayakan berdasarkan dari nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya. Perkembangan nilai-nilai moral dan agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingah laku. Islam telah mengajarkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait nilai nilai moral dan agama.

  1. Nilai hubungannya dengan sesama
  • Menghargai hak dan kewajiban orang lain. Merupakan sikap yang selalu menghormati dan melaksanakan apa yang sudah menjadi hak orang lain dan dirinya sendiri.
  • Selalu patuh terhadap peraturan sosial. Lewat permainan, anak-anak mengenal atau patuh terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam permaian tersebut, sehingga lama kelamaan anak-anak terbiasa mematuhi yang berlaku ditengah-tengah masyarakat. Sikap taat terhadap peraturan yang ada hubungannya dengan kepentingan umum atau masyarakat.
  • Sopan dan santun. Sikap sopan santun perlu diajarkan kepada anak sejak usia  dini perlu ditanam sejak dini, sehingga mereka terbiasa berlaku santun dengan semua manusia. Sikap ini meliputi menghormati, ramah dan berprilaku baik terhadap orang lain.
  • Menghargai karya dan prestasi orang lain. Merupakan sikap yang mengakui dan menghormati apa yang sudah dicapai oleh orang lain.
  • Demokratis. Merupakan sikap dan perilaku seseorang yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.
  1. Nilai hubungannya dengan diri sendiri
  • Sabar

Sifat sabar adalah sifat utama yang harus ditanamkan dalam diri anak usia dini. Sabar adalah kemampuan menahanan diri agar tidak mudah marah, benci, dendam, tidak mudah putus asa, berkeluh kesah, melatih diri agar selalu melakukan ketaatan dan membentengi diri untuk tidak melakukan perbuatan keji & maksiat. Sabar merupakan perintah Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat. Al-Baqarah: 153 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar“. Membantu anak mengembangkan sifat sabar bukan hanya untuk menghindari ketegangan tapi juga membantu dia mengembangkan kekuatan batin seperti kegigihan, disiplin diri dan kemampuan menghibur diri sendiri.

  • Jujur

Jujur adalah keberanian untuk mengungkapkan sesuatu sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sifat jujur awalnya ditumbuhkan dengan memberikan kepercayaan kepada anak, misalnya dalam menge­­lola waktu untuk bermain, belajar, melakukan hobi, dan beristirahat. Kejujuran juga ditumbuhkan dalam komitmen mengerjakan tugas dengan jerih payahnya sendiri serta kemampuan menahan godaan untuk tidak melang­gar hak/milik orang lain.

  • Integritas

Integritas adalah kemampuan untuk melak­sanakan tugas yang diemban secara total atau penuh dedikasi. Dalam konteks ini, anak di­biasakan diberikan tugas.Selama pengerjaan tugas, guru membimbing anak agar dalam setiap prosesnya, anak melaksanakan tugas tersebut penuh tanggung jawab.

  • Adil

Sifat adil dapat ditumbuhkan dalam keseharian.Contoh, ketika diberi sekotak permen cokelat, sampaikan pesan agar seluruh penghuni rumah dibagi. Coba amati, apakah ia mampu mem­bagikan permen yang didapat dengan adil? Untuk itu, jangan lupa mengecek kepada anggota keluarga yang lain, apakah seluruh penghuni ru­mah mendapat jumlah yang sama? Atau, ketika di sekolah, mintalah anak untuk mengoordinasi tugas bersih-bersih kelas. Coba amati, apakah ia mampu membagi tugas tersebut dengan merata pada teman-teman sekelasnya.

  • Pemberani

Menumbuhkan sifat pemberani, dapat diberikan kepada anak dengan memberikan tugas yang menantang seperti berani bertanya, mengajukan pendapat, memberikan kesempatan untuk menunjukan kemampuan dan sebagainya.

  • Pembelajar

Tumbuhkan rasa ingin tahu anak melalui kegiatan sehari-hari di mana saja. Umpama, ketika me­lewati kabel listrik yang membentang di tepi jalan, tanyakan mengapa burung yang bertengger di situ tidak terkena sengatan listrik. Dalam hal ini pendidik harus terlebih dahulu tahu jawabannya yang benar. Atau selagi bermain di taman, sampaikan fungsi daun bagi tanaman dan lingkungan. Sifat pem­belajar sangat didukung oleh kegemaran mem­baca buku dan kemampuan berpikir kritis.

  • Kerja Sama

Kemampuan bekerja sama dengan orang lain sekaligus melakukan koordinasi tugas dengan teman satu tim merupakan salah satu bentuk karakter. Anak yang berkarakter, tentunya akan menggunakan bahasa yang sopan dan tegas dalam menyampaikan perintah. Latihan bisa dilakukan bersama teman-temannya pada saat membereskan mainan yang dimainkan bersama. Di PAUD, anak bisa bergiliran menjadi pemimpin barisan atau pemimpin kelompok tugas.

  1. Nilai hubungannya dengan lingkungan
  • Rasa peduli terhadap lingkungan. Merupakan sikap yang selalu mencegah kerusakan terhadap lingkungan, dan selalu berupaya untuk memperbaikinya jika terjadi kerusakan pada lingkungan serta selalu menjaga kelestarian alam.
  • Peduli sosial. Merupakan sikap yang selalu memberi bantuan atau menolong orang lain yang memang sedang membutuhkan bantuan.
  • Menghargai keberagaman atau perbedaan. Merupakan sikap yang menghormati dan menghargai keragaman budaya, agama, adat dan lain-lain.
  • Nilai kebangsaan. Merupakan sikap yang selalu mementingkan bangsa dan negaranya diatas kepentingan pribadi.

Pembentukan karakter memerlukan  keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai  dewasa. Sebab, pada dasarnya,  anak yang  berkarakter  rendah  adalah  anak  yang  tingkat  perkembangan  emosi-sosialnya rendah sehingga anak  beresiko mengalami  kesulitan  belajar, berinteraksi  sosial,  dan  tidak  mampu  mengontrol  diri. 

Stimulasi nilai-nilai karakter ini harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, yaitu melalui kegiatan belajar melalui bermain. Artinya: pendidik/guru harus peka terhadap isyarat-isyarat anak, memperhatikan minat, keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak, penuh kasih sayang, dan kegembiraan, menciptakan rasa aman dan nyaman, memberi contoh tanpa memaksa, mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi, memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang baik,memberikan koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan. Pola pendidikan otoritatif penting untuk mengembangkan kreativitas anak. Mendengarkan pendapat anak, dorong anak untuk berani mengucapkan pendapatnya, hargai pendapatnya, tidak memotong pembicaraannya, pendidik tidak memaksakan pendapat atau melecehkan pendapat anak. Merangsang anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal di lingkungannya, beri kebebasan dan dorongan untuk mengembangkan imajinasinya, merenung, berfikir, mencoba dan mewujudkan gagasan. Berikan pujian untuk hasil yang telah dicapainya walau sekecil apapun. Bila sejak dini anak kita dorong untuk berbagi dan memikirkan orang lain berarti telah membentuk sifat yang baik.

Selain itu untuk mengembangkan kreatifitas, imajinasi dan kemandirian, anak perlu diberikan kebebasan untuk bermain bebas dan melakukan berbagai kegiatan memenuhi keperluannya sendiri. Pendidik atau orang tua harus terus memberi dorongan atau memotivasi dengan sabar dan memberikan kesempatan/waktu yang cukup bagi anak untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Keberhasilan  pengembangan  karakter  dalam  pendidikan  anak  usia dini dapat  diketahui dari  perilaku sehari-hari yang tampak  pada setiap  aktivitas berikut: 1) kesabaran, 2) kesadaran, 3) kejujuran, 4) keikhlasan, 5) kesederhanaan, 6) kemandirian, 7) kepedulian, 8) kebebasan dalam bertindak, 9) kecermatan/ ketelitian, 10) komitmen, 11) mematuhi peraturan, dan 12) menghargai hak dan kewajiban.

KESIMPULAN

Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Membentuk dan menum­buhkan karakter memerlukan proses yang panjang. Karakter manusia tidak terjadi secara otomatis. Kendati secara fitrah manusia memiliki potensi mencintai kebaikan. Karakter ibarat otot yang harus diba­ngun dengan latihan yang terus menerus, sehingga otot yang terbentuk bagus. Pada masa usia dini inilah yang merupakan masa kritis untuk membentuk karakter seseorang.

Kegagalan penanaman  karakter yang  baik  di usia dini ini akan membentuk pribadi yang  bermasalah di masa dewasanya. Kesuksesan orang tua maupun pendidik membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian  di  usia  dini  sangat  menentukan  kesuksesan  anak  dalam  kehidupan sosial di masa dewasanya. Ada  dua  faktor  yang  mempengaruhi  karakter  anak  usia  dini:  1) faktor intern, meliputi insting/naluri, kebiasaan, kehendak/kemauan, suara hati,  dan  keturunan; dan  2)  faktor  ekstern,  meliputi  pendidikan  dan  lingkungan.

Keberhasilan  pengembangan  karakter  dalam  pendidikan  anak  usia dini dapat  diketahui dari  perilaku sehari-hari yang tampak  pada setiap  aktivitas berikut: 1) kesabaran, 2) kesadaran, 3) kejujuran, 4) keikhlasan, 5) kesederhanaan, 6) kemandirian, 7) kepedulian, 8) kebebasan dalam bertindak, 9) kecermatan/ ketelitian, 10) komitmen, 11) mematuhi peraturan, dan 12) menghargai hak dan kewajiban.

Daftar Pustaka

Elkind, 2000. Child Development and Education: Oxford University Press

Kemdiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Pembe­lajaran di Taman Kanak-Kanak Tahun 2010. Jakarta: Direktorat TK dan SD. Kementerian Pendidikan Nasional.

Koesoema, D. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter, Solusi yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, R. 2005. Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.

Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar pada Karakter. Jakarta: Lembaga FE UI.

Mustakin, Bagus. 2011. Pendidikan Karakter Emas: Membangun Delapan Karakter. Yokyakarta: Samudra Biru.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor  137  Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2007. Pedoman Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Puskur, Balitbang Kemdiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah . Jakarta. Undang-undang No. 20 Tahun  2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4 thoughts on “PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEJAK USIA DINI DI PAUD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

STRATEGI KEMITRAAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN KUALITAS PAUD, PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

Latar Belakang Sejarah pendidikan di Aceh pernah mencapai masa kegemilangannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1606 – 1636 M) di Kerajaan Aceh Darussalam. Sultan Iskandar Muda telah menempatkan para ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang paling mulia dan istimewa dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Sehingga pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh Darussalam […]

Read More

IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI KETELADANAN, KEBIASAAN GURU SEBAGAI AGEN PERUBAHAN ABAD 21

ABSTRAK Implementasikan Profil Pelajar Pancasila melalui keteladanan dan pembiasan guru sebagai agen perubahan abad 21, siswa lebih menyadari, memahami dan melaksanakan hak serta kewajibannya untuk beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia; mandiri; bergotong-royong; berkebinekaan global; bernalar kritis; dan kreatif. Peran guru sebagai agen perubahan abad 21 dapat ditinjau dari tiga sudut pandang […]

Read More

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETRAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA PADA MAPEL IPA SMP

Oleh: Maaruf Fauzan, S.Si, M.Pd (Widyaprada Ahli Madya BPMP Provinsi Aceh) Email: maarufaceh@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini  bertujuan untuk. mengetahui peningkatan ketrampilan berfikir kreatif  siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model problem  based  learning (PBL) Metode penelitian yang digunakan adalah  quasi experimental dengan desain control group pretest-posttest serta teknik purposive sampling. Pengumpulan data untuk mengetahui peningkatan keterampilan […]

Read More