model pembelajaran projek based learning (pjbl) dalam pembuatan manisan pada mapel prakarya jenjang smp

Penggunaan model pembelajaran Projek Based Learning (PJBL) ini akan menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif. Mata pelajaran prakarya dalam aspek pengolahan dapat memanfaatkan bahan baku berupa buah segar (belimbing wuluh). Belimbing wuluh diolah menjadi makanan dan minuman sesuai pengetahuan rancangan dan bahan yang ada di wilayah setempat menjadi produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk mentah, yaitu dalam bentuk manisan.

Dra. Rissa Lismarika, M.Pd

Widyaiswara Ahli Madya LPMP Aceh

PENDAHULUAN

Implementasi kurikulum 2013 pada jenjang SMP, terdapat satu mata pelajaran  yaitu prakarya dengan tujuan menyiapkan peserta didik mengenal potensi yang ada di daerahnya sehingga dapat mengembangkan cinta tanah air serta dapat berperan aktif selaku warga masyarakat, warga negara dan warga dunia untuk bertanggung jawab mengembangkan kearifan lokal Indonesia. 

Mata Pelajaran prakarya pada jenjang SMP mempunyai beberapa aspek keterampilan yaitu aspek kerajinan, pengolahan, rekayasa dan budidaya. Dalam pelaksanaannya, terutama pada aspek pengolahan, guru dan peserta didik masih belum banyak memanfaatkan bahan baku yang banyak di wilayah setempat. Sementara itu untuk materi pengolahan yang dimaksud dalam mata pelajaran prakarya disini adalah mengolah bahan pangan buah segar menjadi makanan dan minuman sesuai pengetahuan rancangan dan bahan yang ada diwilayah setempat.

Salah satu tujuan pembelajaran dari materi ini agar  peserta didik mampu merancang pembuatan produk olahan pangan buah segar menjadi makanan. Banyak tanaman di Indonesia yang sebenarnya dapat memberikan manfaat besar namun belum dikembangkan secara khusus. Salah satu diantaranya adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Pemanfaatan dan pengembangan buah belimbing wuluh di Indonesia belum dilakukan secara optimal, karena nilai jual buah yang masih rendah dan tidak diimbangi dengan potensi yang dimiliki buah belimbing wuluh (Ferawati, 2005). Buah belimbing wuluh memiliki kandungan asam yang tinggi dan kadar air buah yang tinggi menyebabkan belimbing wuluh jarang dikonsumsi layaknya buah segar dan daya simpan relatif singkat.

Aceh adalah wilayah yang banyak menghasilkan belimbing wuluh, dan sangat penting keberadaannya, dimana selalu ada disetiap halaman rumah. Buah belimbing sayur tersebut diolah menjadi asam sunti yang berfungsi sebagai salah satu jenis rempah atau bumbu masakan.

Namun selain itu belimbing wuluh juga dapat disiasati menjadi suatu produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk mentah, yaitu dalam bentuk manisan. Dalam pelaksanaan pembelajaran prakarya peserta didik mendapat bantuan dari guru yang aktif, kratif dan inovatif terutama guru yang menggunakan model-model pem-belajaran yang tepat supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi diri yaitu merancang pembuatan produk olahan pangan buah segar menjadi makanan melalui model pembelajaran Project Based Learning atau PJBL.

PEMBAHASAN

  1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice & Well), Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.

Model pembelajaran ini harus mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Jadi model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sebuah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi- kan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata sistematis. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan karakteristik setiap kompetensi dasar yang disajikan. Tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap kompetensi dasar. Guru perlu memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa.

  1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Menurut Kemdikbud (2013), peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. 

Menurut Bransfor dan Stein dalam Warsono & Harianto (1993), dikatakan bahwa “Pembelajaran berbasis proyek sebagai pendekatan pengajaran yang komprehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan”.

Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa. 

Menurut Bransfor & Stein, sebagaimana dikutip oleh Warsono (2012: 153) mendefinisikan pembelajaran berbasis proyek sebagai pendekatan pengajaran yang komprehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan. Menurut Grant (2002), Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktik, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang siswa pelajari dalam pembelajaran ke dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa.

Adanya keuntungan atau kebaikan dan kelemahan pada pembelajaran projek based learning diharapkan tidak menjadi kendala bagi peserta didik yang melaksanakannya,  karena ini semua tergantung kepada peran dari guru yang akan membantu untuk memfasilitasi pembelajaran tersebut. Adapun peran guru dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain:

  1. Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
  2. Membuat strategi pembelajaran.
  3. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
  4. Mencari keunikan siswa.
  5. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
  6. Membuat portofolio pekerjaan siswa.

Gambar 1. Sintaks pembelajaran menggunakan penugasan proyek sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005).

Adapun sintak terdiri dari:

  1. Bermula dari pertanyaan (start with the essential question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi  penugasan  kepada  siswa  dalam  melakukan  suatu aktivitas.

  1. Merancang kegiatan proyek (design a plan for the project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial serta mengetahui alat dan bahan yang dapat digunakan untuk membantu penyelesaian kegiatan proyek.

  1. Membuat jadwal aktivitas (create a schedule)

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline penyelesaian proyek, membimbing siswa membuat cara yang sesuai dan berhubungan dengan proyek dan meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

  1. Membuat jadwal aktivitas (create a schedule)

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline penyelesaian proyek, membimbing siswa membuat cara yang sesuai dan berhubungan dengan proyek dan meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. Memonitor perkembangan kegiatan proyek (monitor the students and the progress of the project)

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktvitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan oleh guru sebagai mentor. Agar mempermudah proses monitoring dibuat sebuah rubrik yang berupa kartu kendali.

  1. Melakukan penilaian (asses the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa.

  1. Refleksi pengalaman yang didapat (evaluate the experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dilakukan. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran.

  1. Belimbing Sayur (Wuluh)

Belimbing wuluh yang biasa dikenal dengan belimbing sayur, belimbing asam atau belimbing buluh memiliki Bahasa latinnya Averrhoa Bilimbi merupakan tanaman yang mempunyai buah berasa asam yang kaya khasiat sering digunakan sebagai bumbu sayuran atau campuran jamu.

Manisan Buah

Manisan buah adalah buah-buahan yang direndam dalam larutan gula selama beberapa waktu (Muaris H, 2003), ada tiga jenis manisan, yaitu manisan basah, manisan kering, dan acar. Satu jenis buah dapat dibuat menjadi manisan basah, atau manisan kering, atau keduanya. Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk buah-buahan yang paling tua.

Sediaoetomo (2006) menyatakan bahwa manisan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu manisan basah dan manisan kering. Perbedaan manisan basah dan manisan kering terletak pada proses pembuatannya, daya awet, dan kenampakannya. Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiskan kemudian dijemur sampai kering, manisan kering memiliki daya simpan yang lebih lama, dengan kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi, biasanya manisan kering dibuat dari buah yang teksturnya lunak. Hasil olahan ini banyak disukai oleh masyarakat karena rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbai kesempatan. Produk pangan ini mengandung kadar gula tinggi yang dapat disimpan dalam jangka waktu relatif lama.

Manisan Belimbing Wuluh

Bahan yang digunakan dalam pembuatan manisan belimbing wuluh adalah belimbing wuluh segar, kapur sirih, gula pasir, air matang. Sedangkan alat yang digunakan adalah pisau, timbangan, saringan, colander plastic, Waskom plastik, saringan, panci. Bahan yang dibutuhkan

  • 2 Kg belimbing wuluh segar
  • 1250 gram gula pasir
  • 1 sdm garam halus
  • 2 sdm air kapur sirih 
  • 6 lbr daun jeruk (untuk aroma)

Cara Mengolah

  1. Bersihkan belimbing segar dengan membuang ujung dan pangkalnya, kemudian diguyer dalam colander plastik agar pada saat direndam asam dari belimbing akan keluar, kemudian rendam dalam air bersih yang diberi garam selama 3 jam dan tiriskan.                      
  2. Rendam dalam air kapur sirih selama 3 jam, cuci bersih dan tiriskan.     
  3. Masak gula pasir (1250 grm dibagi 3) dengan air secukupnya dan tambahkan daun jeruk sampai mendidih. Kemudian dinginkan sampai benar benar dingin.
  4. Rendam belimbing yang sudah ditiriskan dalam air gula selama 24 jam (rendaman pertama)
  5. Setelah 24 jam rendaman pertama ditiriskan, kemudian air gulanya dimasak kembali dan ditambah guru pasir yang kedua sampai mendidih, dinginkan sampai benar benar dingin.
  6. Rendam kembali belimbing dalam air gula selama 24 jam (rendaman kedua).
  7. Setelah 24 jam rendaman kedua ditiriskan, kemudian air gulanya dimasak kembali dan ditambah guru pasir yang ketiga sampai mendidih agak mengental, dinginkan sampai benar benar dingin.
  8. Rendam kembali belimbing dalam air gula selama 24 jam (rendaman ketiga)
  9. Belimbing yang sudah direndam ditiriskan sampai benar benar tiris, kemudian dijemur diatas tampah bambu dan dijemur dibawah sinar matahari selama dua hari sambil dibalik-balik agar keringnya merata.

Gambar 2. Bentuk Belimbing Wuluh sebelum dan sesudah pengolahan menjadi manisan 

KESIMPULAN

Model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pelaksana pembelajaran, yaitu guru yang menjadi ujung tombak pelaksana pembelajaran di kelas. Berhasil tidaknya pembelajaran sepenuhnya ada di tangan guru. Model pembelajaran merupakan satu unsur pembelajaran yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian lebih. 

Pembelajaran berbasis Projek yang menghasilkan karya/projek/ penugasan pada akhir pembelajaran, dimana proyek ini memuat tugas yang berasal dari pertanyaan mendasar atau permasalahan yang kemudian dilanjutkan dengan proses mencari/menyelidiki serta menemukan, sehingga siswa mendapatkan pengetahuannya secara lengkap. siswa dalam tim mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan melakukan penelitian dan pengamatan yang akan bermanfaat bagi pengembangan kemampuan akademis mereka.

Mata pelajaran prakarya dalam aspek pengolahan diharapkan guru dapat membimbing siswa agar dapat dan mampu mengolah bahan pangan buah segar menjadi produk olahan makanan dan minuman yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi  sesuai pengetahuan

Oleh: Dra. Rissa Lismarika, M.Pd

Widyaiswara Ahli Madya LPMP Aceh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

STRATEGI KEMITRAAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN KUALITAS PAUD, PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

Latar Belakang Sejarah pendidikan di Aceh pernah mencapai masa kegemilangannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1606 – 1636 M) di Kerajaan Aceh Darussalam. Sultan Iskandar Muda telah menempatkan para ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang paling mulia dan istimewa dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Sehingga pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh Darussalam […]

Read More

IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI KETELADANAN, KEBIASAAN GURU SEBAGAI AGEN PERUBAHAN ABAD 21

ABSTRAK Implementasikan Profil Pelajar Pancasila melalui keteladanan dan pembiasan guru sebagai agen perubahan abad 21, siswa lebih menyadari, memahami dan melaksanakan hak serta kewajibannya untuk beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia; mandiri; bergotong-royong; berkebinekaan global; bernalar kritis; dan kreatif. Peran guru sebagai agen perubahan abad 21 dapat ditinjau dari tiga sudut pandang […]

Read More

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETRAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA PADA MAPEL IPA SMP

Oleh: Maaruf Fauzan, S.Si, M.Pd (Widyaprada Ahli Madya BPMP Provinsi Aceh) Email: maarufaceh@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini  bertujuan untuk. mengetahui peningkatan ketrampilan berfikir kreatif  siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model problem  based  learning (PBL) Metode penelitian yang digunakan adalah  quasi experimental dengan desain control group pretest-posttest serta teknik purposive sampling. Pengumpulan data untuk mengetahui peningkatan keterampilan […]

Read More