IMPLEMENTASI BUDAYA LITERASI BACA TULIS MELALUI MEMBACA PEMAHAMAN

Oleh: Teuku Husni (Widyaprada Madya)

ABSTRAK

National Institute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat (Kemdikbud, 2017:15). Pada pengembangan literasi, tingkatan membaca yang diharapkan adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan membaca yang memberi peluang bagi pembaca untuk mengkonstruksi makna lebih dari yang tertulis. Untuk mendapatkan makna seperti itu, pembaca dapat mengartikan informasi bacaan dengan menambahkan informasi lain yang telah diketahuinya. Burns dkk. (1996:208) membedakan tingkatan pemahaman bacaan dalam dua tipe pemahaman. Tipe pertama disebut pemahaman literal dan tipe yang kedua disebut pemahaman tingkat tinggi. Untuk tipe pemahaman tingkat tinggi, mereka memilahnya lagi menjadi tiga tipe membaca. Ketiga tipe membaca yang dimaksud adalah membaca interpretatif, membaca kritis, dan membaca kreatif. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa membaca pemahaman dapat dikategorikan dalam empat tingkatan pemahaman, yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.

PENDAHULUAN

Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Literasi pada awalnya dimaknai ‘keberaksaraan’ dan selanjutnya dimaknai ‘melek’ atau ‘keterpahaman’. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis” ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal.

Literasi berasal dari istilah Latin ‘literature’ dan bahasa Inggris ‘letter’. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).”

National Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat (Kemdikbud, 2017:15).” Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

Pada pengembangan literasi baca tulis, tingkatan membaca yang diharapkan adalah membaca pemahaman. Dengan membaca pemahaman siswa dapat menggali informasi dan ilmu pengetahuan yang dituangkan penulis dalam tulisannya. Dalam membaca pemahaman, peran guru sangat dibutuhkan guna memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa untuk lebih memahami bacaan yang dihadapi. Sejalan dengan program pengembangan literasi, pada kurikulum 2013 aspek pembelajaran lebih menekankan pada pendekatan saintifik dan tekstual. Hal ini berarti untuk memahami banyak hal yang terjadi di lingkungan siswa dimulai dengan pemahaman teks. Dengan membaca pemahaman siswa diharapkan mampu menyelami maksud dan gagasan yang dituangkan oleh penulis. Dengan demikian, siswa dianggap telah mampu menyerap informasi dan ilmu pengetahuan dari bahan bacaan yang dibacanya. Dengan bekal ilmu dan wawasan yang diperoleh dari kegiatan membaca, siswa dapat mengembangkan keterampilan berbahasanya yang lain, yang terdekat adalah keterampilan menulis.


Daftar Pustaka

Alexander, J. Estill. 1988. Teaching Reading. Boston: Scott, Foresman & Company.

Burn, P.C., Roe, Betly D, & Ross, E. P. 1996. Teaching Reading in Today’s Ele-mentary Schools. Boston. Hougthon Mifflin Company.            

Farris, Pamela J. 1993. Language Arts A Process Approach. Melbourne: Brown & Benchmark Publishers.         

Gillet, Jean Wallace & Temple, Charles. 1994. Understanding Reading Problems. New York: Harper Collins College Publishers.

Harris, Albert J & Sipay, Edward R. 1980. How to Increase Reading Ability. New York: Longman.                        

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Ditjen Dikdasmen

Leo, Eleanor S. 1994. Powerful Reading, Efficient Learning. New York: Macmillan Publishing Company.          

McNeil, John D. 1992. Reading Comprehension: New Direction For Classroom Practice. New York: Harper Collins Publishers.    

Pumfrey, Peter D. 1977. Measuring Reading Abilities: Concepts, Sources and App- lications. London: Hodder and Stoughton.

Rubin, Dorothy. 1982. A Practical Approach to Teaching Reading. New York: CBS College Publishing.

Smith, Richard J. & Johnson, Dale D. 1980. Teaching Children to Read. London: Addison-Wesley Pub-lishing Company.


PENULIS

Drs. Teuku Husni, M.Pd.

(Widyaprada Ahli Madya BPMP Provinsi Aceh)

email: teukuhusni68@gmail.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

STRATEGI KEMITRAAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN KUALITAS PAUD, PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

Latar Belakang Sejarah pendidikan di Aceh pernah mencapai masa kegemilangannya pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1606 – 1636 M) di Kerajaan Aceh Darussalam. Sultan Iskandar Muda telah menempatkan para ulama dan kaum cerdik pandai pada posisi yang paling mulia dan istimewa dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Sehingga pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh Darussalam […]

Read More

IMPLEMENTASI PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI KETELADANAN, KEBIASAAN GURU SEBAGAI AGEN PERUBAHAN ABAD 21

ABSTRAK Implementasikan Profil Pelajar Pancasila melalui keteladanan dan pembiasan guru sebagai agen perubahan abad 21, siswa lebih menyadari, memahami dan melaksanakan hak serta kewajibannya untuk beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia; mandiri; bergotong-royong; berkebinekaan global; bernalar kritis; dan kreatif. Peran guru sebagai agen perubahan abad 21 dapat ditinjau dari tiga sudut pandang […]

Read More

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETRAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA PADA MAPEL IPA SMP

Oleh: Maaruf Fauzan, S.Si, M.Pd (Widyaprada Ahli Madya BPMP Provinsi Aceh) Email: maarufaceh@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini  bertujuan untuk. mengetahui peningkatan ketrampilan berfikir kreatif  siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model problem  based  learning (PBL) Metode penelitian yang digunakan adalah  quasi experimental dengan desain control group pretest-posttest serta teknik purposive sampling. Pengumpulan data untuk mengetahui peningkatan keterampilan […]

Read More